Cari Blog Ini

Senin, 23 April 2012

jenis-jenis citra satelit...


1. Citra SPOT HRV
Jenis citra ini menggunakan sensor 2 pushbroom scanner identik HRV (High Resolution Visible). Wahana yang dipergunakan dalam pencitraannya adalah satelit SPOT milik Prancis. Julat panjang gelombang pada jenis citra ini antara 0,51-0,89 μm. Jumlah saluran yang dipergunakan adalah 1 pankromatik dengan panjang gelombang antara 0,51-0,73 μm dan 3 multispektral. Untuk saluran 1 pankromatik, resolusi spasialnya sebesar 10 meter, sedangkan untuk saluran 3 multispektral resolusi spasialnya sebesar 20 meter. Citra yang tercetak biasanya memiliki skala 1:25.000 sampai dengan 1:100.000.
2. Citra SPOT HRVIR
Jenis citra ini menggunakan sensor 2 pushbroom scanner HRVIR (High Resolution Visible & Infrared). Wahana yang dipergunakan dalam pencitraannya sama dengan citra SPOT HRV yaitu satelit SPOT milik Prancis. Julat panjang gelombang pada jenis citra ini antara 0,51-1,75 μm. Jumlah saluran yang dipergunakan adalah 4 multispektral. Resolusi spasialnya mencapai 20 meter, namun khusus untuk saluran merah resolusi spasialnya sebesar 10 meter. Citra yang tercetak biasanya memiliki skala 1:25.000 sampai dengan 1:100.000.
3. Citra NOAA AVHRR
Jenis citra NOAA AVHRR ini menggunakan 2 sensor yakni sensor AVHRR saluran 1 dan 2 serta sensor AVHRR saluran 3 dan 4. Wahana yang dipergunakan dalam pencitraannya yakni satelit NOAA milik Amerika Serikat. Untuk sensor AVHRR saluran 1 dan 2, julat panjang gelombangnya berkisar antara 0,58-1,10 μm. Jumlah saluran yang dipergunakan adalah 2 multispektral pantulan dengan resolusi spasial seluas 1,1 km (LAC). Untuk sensor AVHRR saluran 3 dan 4, julat panjang gelombangnya berkisar antara 3,55-12,5 μm. Jumlah saluran yang digunakan adalah 2 multispektral pancaran termal dengan resolusi spasial sebesar 4 km (GAC). Citra yang tercetak biasanya memiliki skala 1:1.000.000 sampai dengan 1:5.000.000.
4. Citra ERS
Jenis citra ini menggunakan sensor antena radar. Wahana yang dipergunakan dalam pencitraannya yaitu satelit ERS milik Uni Eropa. Julat panjang gelombang pada jenis citra ini adalah 5,7 cm (pada frekuensi 5,3 GHz), band C. Jumlah saluran yang dipergunakan adalah 1 gelombang mikro/radar. Resolusi spasialnya mencapai 12,5 meter (azimuth). Citra yang tercetak biasanya memiliki skala 1:50.000 sampai dengan 1:250.000.
5. Citra MESSR-MOS
Jenis citra ini menggunakan sensor multispectral scanner optik. Wahana yang dipergunakan dalam pencitraannya yaitu satelit MOS milik Jepang. Julat panjang gelombang pada jenis citra ini adalah 0,51-1,1 μm. Jumlah saluran yang dipergunakan adalah 4 multispektral. Resolusi spasialnya mencapai 50 meter. Citra yang tercetak biasanya memiliki skala 1:100.000 sampai dengan 1:250.000.
6. Citra SIR-B
Jenis citra ini menggunakan sensor antenna radar. Wahana yang dipergunakan dalam pencitraannya yaitu pesawat Ulangalik Challenger. Julat panjang gelombang pada jenis citra ini adalah 23,5 cm. Resolusi spasialnya mencapai 25 meter (azimut). Citra yang tercetak biasanya memiliki skala 1:100.000 sampai dengan 1:250.000.
7. Citra ALT, SASS, & VIRR (SATELIT SEASAT)
Citra ALT, SASS, & VIRR merupakan bagian dari sensor satelit Seasat yang mengorbit dengan sudut inklinasi 1080 pada ketinggian 800 km.
ALT (radar altimeter) beroperasi pada 13,56 Hz digunakan untuk pengukuran keadaan lautan, dengan kecermatan mencapai ± 0,5 m atau 10% untuk tinggi gelombang di laut yang kurang dari 20 meter dan kesalahan akar pangkat dua rata-ratanya 10 cm untuk tinggi gelombang di laut kurang dari 20 meter.
SASS (Seasat-A scatterometer system) merupakan sensor gelombang mikro aktif untuk angin yang menggunakan frekuensi transmisi 14,6 GHz, mampu menghasilkan kecermatan ± 2 m/detik.
VIRR merupakan radiometer penyiaman yang beroperasi pada saluran tampak (0,49-0,94 μm) untuk menyajikan informasi kondisi awan dan saluran inframerah (10,5-12,5 μm) untuk menghasilkan informasi mengenai suhu permukaan dan bagian atas awan.
8. Citra SAR (SATELIT SEASAT)
SAR (synthetic aperture radar) merupakan system pencitraan aktif pada saluran-L (1,275 GHz) yang mengamati sisi kanan lintas satelit dengan lebar sapuan 100 km dengan sudut datang 200. Resolusi spasialnya sama pada arah menyilang maupun azimuth 25 meter, sehingga gelombang dan spectra gelombang bagi gelombang lautan 50 m atau lebih dapat diukur. Sistem pencitraan SAR ini membantu dalam deteksi kenampakan es lautan, gunung es, batas air-lahan dan membantu dalam penetrasi badai hujan lebat.
9. Citra SMMR (SATELIT SEASAT)
SMMR beroperasi pada frekuensi 6,6; 10,7; 18,21 dan 37 GHz dengan polarisasi vertical dan horizontal yang digunakan untuk mengamati suhu permukaan air laut dan untuk mengukur kecepatan angin. Resolusi spasialnya bervariasi dari sekitar 100km pada 6,6 GHz sampai 22 km pada 37 GHz. Kecermatan pengukuran suhu permukaan air laut sekitar ±2 K dengan kecermatan relative 0,5 K, sedangkan kecermatan pengukuran kecepatan angin sekitar ±2 m/detik untuk angin berkisar dari ±7 m/detik sampai sekitar 50 m/detik.
Citra dapat dibedakan atas citra foto (photographic image) atau foto udara dan citra non foto (non photographic image). Untuk menjelaskan lebih lanjut dalam pembagian citra dapat dilihat dalam table sebagai berikut.
Tabel. Beda Antara Citra Foto Dan Non Foto.
 
1. Citra Foto
Citra foto adalah gambaran yang dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera (lihat gambar 2.1). Citra foto dapat dibedakan berdasarkan:
a. Spektrum Elektromagnetik yang digunakan
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas:
1)  Foto ultra violet yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultra violet dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer.
2)  Foto ortokromatik yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 - 0,56 mikrometer).
3)  Foto pankromatik yaitu foto yang dengan menggunakan spektrum tampak mata.
            4) Foto infra merah yang terdiri dari foto warna asli (true infrared photo) yang dibuat dengan menggunakan spektrum infra merah dekat sampai panjang gelombang 0,9 mikrometer hingga 1,2 mikrometer dan infra merah modifikasi (infra merah dekat) dengan sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan saluran hijau.
Peta berdasarkan foto
            Foto di bawah diambil dari pesawat terbang. Tampak sebuah kota kecil di gunung di Jepang. Foto ini digunakan untuk membuat peta yang terpampang di bawah. Perhatikan foto itu dan lihat berapa tempat yang dapat kalian kenali di peta. Titik di dalam segitiga kecil kecil itu patok duga, yakni tempat yang ketinggian dan posisinya diketahui dengan tepat. Pada peta, elevasi suatu patok duga, yakni tinggi patok itu dari permukaan laut, dinyatakan dalam meter di sebelahnya. Beberapa digambar sebagai titik tanpa segitiga. Di tengah atas terdapat sebuah kontur dengan bilangan 300 berwarna cokelat. Setiap titik pada kontur itu berelevasi 300 meter.
b. Sumbu kamera
  Foto udara dapat dibedakan berdasarkan arah sumbu kamera ke permukaan bumi, yaitu:
1)    Foto vertikal atau foto tegak (orto photograph), yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi.
2)    Foto condong atau foto miring (oblique photograph), yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus ke permukaan bumi.   Sudut ini pada umumnya sebesar 10 derajat atau lebih besar. Tapi apabila sudut condongnya masih berkisar antara 1 - 4 derajat, foto yang dihasilkan masih digolongkan sebagai foto vertikal.
Foto condong masih dibedakan lagi menjadi:
a)  Foto agak condong (low oblique photograph), yaitu apabila cakrawala tidak tergambar pada foto.
b)  Foto sangat condong (high oblique photograph), yaitu apabila pada foto tampak cakrawalanya.
Beda antara foto vertikal, foto agak condong dan foto sangat condong disajikan pada gambar 2.2. dan 2.3.
 
c. Warna yang digunakan
Berdasarkan warna yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas:
1)    Foto berwarna semua (false colour).
Warna citra pada foto tidak sama dengan warna aslinya. Misalnya pohon- pohon yang berwarna hijau dan banyak memantulkan spketrum infra merah, pada foto tampak berwarna merah.
2)    Foto berwarna asli (true colour).
Contoh: foto pankromatik berwarna.
d. Wahana yang digunakan
Berdasarkan wahana yang digunakan, ada 2 (dua) jenis citra, yakni:
1)  Foto udara, dibuat dari pesawat udara atau balon (lihat kembali gambar 2.1).
2)  Foto satelit/orbital, dibuat dari satelit (lihat gambar 2.4).
2. Citra Non Foto
Citra non foto adalah gambaran yang dihasilkan oleh sensor bukan kamera (lihat gambar 2.4). Citra non foto dibedakan atas:
a. Spektrum elektromagnetik yang digunakan
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan dalam penginderaan, citra non foto dibedakan atas:
1)  Citra infra merah thermal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum infra merah thermal. Penginderaan pada spektrum ini mendasarkan atas beda suhu objek dan daya pancarnya pada citra tercermin dengan beda rona atau beda warnanya.
2)  Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan spectrum gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil penginderaan dengan sistim aktif yaitu dengan sumber tenaga buatan, sedang citra gelombang mikro dihasilkan dengan sistim pasif yaitu dengan menggunakan sumber tenaga alamiah.
b. Sensor yang digunakan
Berdasarkan sensor yang digunakan, citra non foto terdiri dari:
1)  Citra tunggal, yakni citra yang dibuat dengan sensor tunggal, yang salurannya lebar.
2)  Citra multispektral, yakni citra yang dibuat dengan sensor jamak, tetapi salurannya sempit, yang terdiri dari:
Ø Citra RBV (Return Beam Vidicon), sensornya berupa kamera yang hasilnya tidak dalam bentuk foto karena detektornya bukan film dan prosesnya non fotografik.
Ø Citra MSS (Multi Spektral Scanner), sensornya dapat menggunakan spektrum tampak maupun spektrum infra merah thermal. Citra ini dapat dibuat dari pesawat udara.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar